Aku adalah Ikan di dasar laut.
Jika Mulutku terbuka, maka di penuhi lautan.
Jika Mulutku tertutup, maka aku menelan lautan. G
Namun jika aku diam….matilah aku dalam percintaanKu
Tiada sama seseorang yang melihat permukaan laut dengan mereka yang menyelam ke dasar laut....
Tiada sama mereka yang mengenal diriNya pada permukaan lahir dengan mereka yang menyelam ke dalam lautan rahasia diri.
Tiada sama seorang yang belajar mengenal Allah dengan Guru manusia dengan mereka yang mengenal Allah dengan Allah itu sendiri.
Tiada akan sama mereka yang mengucap La ilaha illaLlah di alam syariat dengan mereka yang mengucapnya di alam hakikat.
Tiada sama huruf, kalimah dan bunyinya di alam syariat dengan di alam hakikat.
Tiada sama kenikmatan atau kepedihan di alam nyata ini dengan alam hakikat.
Tiada sama orang yang mati hatinya dengan orang yang hatinya sentiasa hidup dan asyik dengan ALAH.
Fahamilah sebagaimana firman Allah:
“ Tidak sama orang yang berilmu dengan orang yang tiada ilmu ”
Apabila akal dan hati percaya dan yakin bahwa tiada yang ada, tiada yang wujud dan tiada yang maujud tetapi itu semua pada hakikinya adalah AKU (Allah), maka inilah satu dari tanda-tanda telah sampai kepada alamat yang dicarinya.
Ini bukanlah ilmu bersatu dengan Allah, karena tidak mungkin kita dapat bersatu dengan Dia.....
Karena Dia itu Esa.....
Tidak mungkin sesuatu yang Esa dapat bersatu dengan yang lain, hanya yang lebih dari satu (Esa) saja dapat bersatu.
Contohnya: Lautan..., yang baru itu adalah ombak dan arus sungai yang menuju kepada Lautan samudra luas. Hakikatnya lautan, samudra, arus dan sungai adalah esa juga tiada terpisah walau nama berbeda. Hakekatnya LAUTAN.
Yang baru itu diri kita dan alam semesta raya.
Itulah mengapa di kata Mahluk/ciptaan.
Karena menghijab diri dengan yang wujud sebenarnya.
Padahal Pohon, walaupun ada bermacam bentuk dahan, daun, buah, hakikatnya esa juga, yaitu Pohon.
Walaupun beribu-ribu jenis pohon dengan aneka nama dan bentuk tetaplah ia esa dikatakan pohon…Bahkan Sebutir biji pohon pun wajib kita yakini didalamnya ada pohon bila kita tanam di tanah karena asalnya dari pohon…
Semesta raya ini ibarat Pohon, bijinya adalah Nur Muhamad.
Hadist Qudsi:
“Jika bukan karena mu wahai Muhamad, Alam ini takkan tercipta”.
Syair cinta :
Wujud kekasihku adalah tubuh dan nyawa juga rupanya ..
Apa itu tubuh..?
Apa itu nyawa...?
Sedang sekalian alam pun rupaNYA juga ..
Segala rupa bagiku nampak elok/indah dalam arti yang suci...
Segala bentuk yang datang pada penglihatanku itu pun rupaNYA juga.. Itulah keadaan kasmaran.
Seperti apakah kebaktian kepadaMu yaa Robb..?
Firman Allah SWT:
“ ibadah yang di dalamnya tiada lain selain daripadaKu (ikhlas), dan yang menyembah ghaib.“
Mukhlisin Lahuddiiin..
”Nyatalah ini bahwa yang disembah pun Dia juga, sehingga yang menyembah pun Haq.. Seperti kata Masyaikh Asyeikhul Akbar Muhyiddin Muhammad Daud Dahlan Rah.a (Mursyid Thoriqoh Sanusiah, Al-Idrisiyyah) :
Tiada mengenal Allah, hanya AKU
Tiada mengetahui Allah, hanya AKU
Tiada melihat Allah, hanya AKU
Seperti mengetahui ruh dengan badan.
Ruh hidup, padahal di badan pun tiada, dalam badan pun tiada, di luar badan pun tiada.
Demikian juga bagi ALLAH..., pada sekalian alam pun tiada, dalam alam pun tiada, di luar alam pun tiada.
Seperti permata cincin dengan cahayanya, dalam permata pun tiada cahayanya, di luar permata pun tiada cahayanya.
Demikian juga Allah….Dia Esa di segala sesuatu walaupun disebutkan adanya berbagai macam nama dan bentuk. Hakekatnya semua itu Esa….semua itu Allah adanya.
Mereka yang mempunyai keyakinan di peringkat ini, tidak memandang lagi kepada yang lain...., tetapi hanya kepada Dia. Mereka tidak lagi memandang alam sebagai alam..., tetapi yang mereka pandang itu adalah Wajah Allah.
Mereka tidak lagi melihat diri sebagai diri..., tetapi yang mereka lihat itu adalah Wajah Allah. Bukan mereka menafikan kewujudan sifat alam atau sifat makhluk atau sifat diri.
Alam dan makhluk itu tetap ada bagi mereka yang terhijab. Bagi yang memahami hakikatnya Alam itu tiada...
Mereka manganggap alam dan makhluk itu telah binasa dalam Wajah Allah.
Bukan alam ini mengandung wajah Allah atau Alam adalah wajah Allah.Tetapi Alam itu binasa/tiada hakekatnya…. Yang ada hanya wajah Allah.
Firman Allah dalam Surat Ar-rohman :
“Kullu man alaiha faanin, wayabqo wajhu robbika dziljalali wal ikrom”..
Artinya:
“Segala sesuatu selain Allah itu Binasa/tiada, maka yang ada selamanya Wajah Allah yang memiliki segala kemuliaan”
Walaupun adanya yang di sebut baru itu (semesta raya) tiada terpisah dengan Allah (Ashomad), itu karena adanya wajah Allah.
Namun ketika segala sesuatu pada hakekatnya Allah sendiri yang Katakan “Binasa”, Maka ketika binasa Yang muncul adalah wajah Allah Yang memiliki kemuliaan… Bukan memfanakan selain Allah.
Karena hakekatnya Allah katakan demikian adanya.
Kalau dibuat analogi:
Seorang pelukis terkenal bernama Basuki Abdullah.
Ia suka melukis pemandangan alam beserta segala warna dan bentuk yang memancarkan keindahannya. Ada bentuk gunung, laut, langit, matahari beserta warnanya yang khas.
Setelah ia selesai melukis, ia menuliskan nama nya di kanvas tersebut. “Basuki Abdulah”
Maka bagi semua yang ahli di dunia seni lukis dan kolektor, adalah kejahilan bagi mereka jika lukisan alam di kanvas itu disebut lukisan Alam atau lukisan Aliran Realitas. Karena mereka telah mengenal sejatinya lukisan itu adalah lukisan BASUKI ABDULLAH, sang Maestro…
Walaupun kadang lukisan di kanvas itu berbentuk abstrak.
Mereka tetap mengatakan dengan keahliannya mengamati ciri di lukisan itu, sehingga walaupun di ancam dengan pedang di lehernya untuk mengatakan itu bukan lukisan basuki Abdullah, tetap para ahli mengatakan bahwa lukisan itu lukisan “BASUKI ABDULLAH”
Bukan lukisan pemandangan alam dan segala isinya, karena segala isi lukisan di kanvas tersebut telah tiada nilainya oleh martabat Sang Maestro Sejati.
Lalu mengapa Alam ini nyata dalam akal dan panca indera kita.. ??
Itu karena diri kita belum terbuka mindset dan mindstreamnya untuk berfikir dan bertafakur….
Alam ini bercahaya bukan karena sinar matahari tetapi karena cahaya Illahi dan alam ini adalah kegelapan (ketiadaan).
Bukankah faham atau pemikiran tafakur seperti ini ada dalam al-qur’an yang hakekatnya Allah sendiri yang mengajarkan kita untuk bertafakur dengan benar.
Seperti yang telah saya sebutkan di surat Arohman. Sedangkan Awal agama adalah ma’rifatullah. Maka pandanglah segala sesuatu itu melalui kaca mata ma’rifat dulu..... Barulah jelas Hakekat semua itu Esa adanya, tiada selainNya..
Tajalli wujud Yang Haq dalam diri adalah kenyataan bagi berkurangannya ilmu. Jika seseorang tidak menyadari hal tersebut dengan dirinya, mampukah dia menyaksikan Tuhannya melalui penyelidikan dan pertanyaan juga meminta bukti-buktinya ???
Seandainya ke bagian ilmu lahir di dalam diri, penutup yang disadari karena menetapkan kata-kata tersebut. Tiada apapun kecuali cahaya “matahari” kewujudan yang muncul dan tenggelam ke atas lautan alam arwah.
Yang Asal hanya disaksikan bila ada kenyataan, sekalipun manusia pada akhirnya dimusnahkan oleh kekuatan tamak.
Alangkah indahnya jika tamak itu ditempatkan pada perkara ilmu yang Haq…
Sehinga Tidak bimbang lagi pada kenyataan yang Aku bukakan, bukan gambaran kebohongan yang salah atau praduga....
Allah berfirman:
“Dan jangan terburu-buru dengan Al-Quran sebelum pembukaan kepada kamu selesai dan katakan, ‘Wahai‘ Wahai Tuhan, tambahkan bagiku ilmu” (20:114)
Salam persaudaraan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar